Prediksi Hilal Syawal 1438 H

Pengantar

Waktu awal puasa selalu saja dimulai dengan keributan kapan dimulainya. Dan nanti di akhir puasa juga akan akan diramaikan dengan kapan lebaran. Itu kejadian rutin yang kalau kita tengok sejarahnya bisa saja ada yang akan bosan, bahkan akan terlihat tidak mungkin diakhiri atau diselesaikan.

Bagi yang meyakini awal bulan ditentukan dengan merukyat hilal, pertanyaan yang akan dikemukakan menjadi teknis: “Apakah hilal bisa terlihat pada saat rukyat nanti?” Sebuah pertanyaan sederhana yang butuh penjelasan tidak sederhana. Ya, sederhana karena hilal itu hanya sebuah objek fisikal yang seharusnya akan bisa terlihat oleh siapa pun asal tidak terhalang. Akan tetapi, kalau kita membicarakan kemungkinan terlihatnya, persoalannya jadi lain. Dibutuhkan kapasitas nalar dan imajinasi tertentu untuk menerima penjelasan itu.

Itulah kenapa kita sangat mengapresiasi upaya para pakar yang melalui riset dan pengamatan yang memakan waktu puluhan tahun hanya untuk menciptakan metode yang bisa menjelaskan kemungkinan terlihatnya hilal secara global kepada khalayak. Metode ini, yang kemudian dikenal sebagai kriteria visibilitas hilal telah mengemuka pada akhir dasawarsa dan menjadi acuan prediksi dan penentuan awal bulan Hijriah Komariah yang akurat.

Betapa pun, untuk membaca sebuah prediksi ala visibilitas hilal diperlukan prelude pemahaman tentang prinsip-prinsip astronomi yang mendasar.

Pada kesempatan ini kita akan menyajikan prediksi jatuhnya awal bulan Syawal 1438 H dengan mengacu pada metode visibilitas hilal yang diwakili oleh empat kriteria: Odeh, Yallop, SAAO dan Shaukat.

Sebelum pembahasan tentang visibilitas (kemungkinan terlihat) dari berbagai sumber, perlu kiranya disampaikan info hilal pada 24 Juni 2017 dengan titik pantau kota Jakarta:

 

  • Ijtimak atau new moon atau konjungsi terjadi pada tanggal 24 Juni 2017 pukul 09:32:43 WIB
  • Sunset terjadi pada pukul 17:47 di azimuth 293,44°
  • Hilal saat sunset di azimuth 290° dan ketinggian hakiki 3,4° dan mar’i 4°
  • Moonset terjadi pada pukul 18:06 di azimuth 289,58°
  • Usia hilal saat sunset hanya 8 jam 15 menit
  • Lama hilal di atas ufuk (rentang antara sunset dan moonset) hanya 19 menit
  • Elongasi (jarak antara titik pusat matahari dan bulan): 5,4°

    Dengan data-data di atas saja sesungguhnya kita bisa membandingkan dengan rekor dunia hilal yang terlihat dengan mata telanjang. Adakah dengan ketinggian 4°, usia hilal 8 jam dan lama hilal 19 menit dapat terlihat dengan mata telanjang? Terlebih di posisi wilayah yang ketebalan awannya seringkali menghalangi hilal dari pandangan alat-alat canggih sekalipun.

    Berbicara soal rekor dunia, situs icoproject menyampaikan beberapa rekor dunia terlihatnya hilal baik dengan mata telanjang maupun dengan alat bantu. Namun, kami cukupkan mengutip rekor dunia rukyatul hilal dengan mata telanjang berikut ini:

    Rekor Dunia: Hilal dengan Mata Telanjang

    1. Rekor Usia Hilal Termuda sekaligus Elongasi (sudut matahari ke hilal) Terpendek dengan mata telanjang:

  • Perukyat: John Pierce
  • Bulan: Sya’ban 1410
  • Lokasi: Collins Gap, Tennessee, USA
  • Longitude: 83,5 W
  • Altitude: 35,6 N
  • Elevasi: 1500 m
  • Waktu Ijtimak: 25 Feb 1990, jam 08:54 UT
  • Waktu terlihat: 25 Feb 1990, jam 23:55 UT
  • Usia hilal saat terlihat: 15 jam 33 menit
  • Lama hilal di atas ufuk: 39 menit
  • Elongasi: 7,6 derajat
  • Tinggi hilal: 7,6 derajat

    2. Rekor Hilal Tersingkat di atas Ufuk:

  • Perukyat: Tanpa nama
  • Bulan: Rabiul Awal 1411 H
  • Lokasi: Ashdod, Palestina
  • Longitude: 34,7 E
  • Latitude 31,8 N
  • Elevasi: 60 m
  • Waktu ijtimak: 18 September 1990, jam 23:37 UT
  • Waktu terlihat: 20 September 1990
  • Usia hilal saat terlihat: 40 jam 18 menit
  • Lama hilal di atas ufuk: 29 menit
  • Elongasi: 19,4 derajat
  • Tinggi hilal: 5,9 derajat Sumber: SAAO

    Untuk mengetahui rekor dengan alat dan CCD, lebih jauh pembaca dapat mengakses Icoproject

    Teori Visibilitas

    Orang-orang Babilonia sejak ribuan tahun lalu telah mempunyai teori bahwa hilal akan mudah terlihat pada ketinggian 12°. Demikian seterusnya berkembang berbagai macam teori hingga kini. Apalagi sekarang kita sudah memiliki perangkat modern, binocular, teleskop, dsb. Hingga muncul yang disebut sebagai ‘Danjon limit’ yang menetapkan bahwa hilal dapat tercandra oleh alat optik pada elongasi 6,4° (sebelumnya 7°).

    Artinya, alat canggih sekalipun dikasih batasan hingga 6,4°. Lantas, bagaimana halnya dengan 4° pada Syawal tahun ini? Mungkinkah terlihat dengan mata telanjang?

    Setidaknya ada 5 sumber berikut ini yang dapat kami sajikan:

    1. Sistani.org

    Pada laman resmi Sayid Ali Sistani ini disebutkan, “Diperkirakan hilal bulan Syawal pada Ahad, 25 Juni 2017 saat sunset pukul 19:12 akan terlihat secara jelas di langit Najaf dengan ketinggian 14°. Sementara pada sore hari Sabtu, 24 Juni 2017 hilal hanya 2° 45 menit saja. Pada kondisi ini, hilal tidak mungkin dapat dilihat.”

    Perlu dicatat bahwa prediksi ini ditetapkan sebelum tahun 1438 H. Sementara itu, Sayid Ali Sistani telah menetapkan 1 Ramadhan 1438 jatuh pada Ahad, 28 Mei 2017. Oleh sebab itu, menurut Sistani, 29 Ramadhan 1438 = 25 Juni 2017. Artinya, istihlal akan dilaksanakan pada Ahad, 25 Juni dengan ketinggian 14° yang akan terlihat sangat jelas dengan mata telanjang.

    Dengan demikian, besar kemungkinan, Irak akan beridulfitri pada hari Senin, 26 Juni 2017.



    2. ICOPROJECT

    Para astronom yang mengumpulkan lebih dari 700 data observasi hilal yang dianggap valid dan tergabung dalam Proyek Islam Observasi Hilal/Islamic Crescent Observation Project (ICOP) dan berpusat di Yordania juga memberikan prediksi dan laporan tiap bulan. Berikut ini adalah prediksi hilal Syawal 1438 H dalam bentuk diagram visibilitas (kemungkinan terlihat):



    Berdasarkan ICOP, kawasan Indonesia dan wilayah tanpa warna, hilal pada tanggal 24 Juni 2017 tidak mungkin dapat dilihat sekalipun bulan terbenam setelah sunset dan ijtimak terjadi sebelum sunset. Hal itu disebabkan bulan tidak menerima cahaya yang cukup untuk dapat dilihat bahkan dengan alat bantu sekalipun.

    3. Utrech University

    Dalam laman Utrech University dari Belanda yang mengkhususkan pada perhitungan astronomi Bernard D Yallop ini disampaikan visibilitas hilal global pada 1438 H maupun tahun-tahun berikutnya. Khusus pada 29 Ramadhan 1438 / 24 Juni 2017 ini, Indonesia masuk ke dalam wilayah yang tidak berwarna sehingga hilal tidak mungkin dapat dilihat dengan alat bantu sekalipun karena masih berada di bawah limit Danjon. Teori ini menyatakan bahwa hilal hanya mungkin bisa dirukyat jika jarak sudut Bulan dan Matahari minimal 6,4° (sebelumnya 7°) yang dikenal sebagai “Limit Danjon”. Kurva Visibilitas Hilal sebagai hasil perhitungan teori tersebut mengindikasikan bahwa untuk seluruh wilayah Indonesia tidak ada peluang menyaksikan hilal walau menggunakan alat bantu teleskop sekalipun. Perhatikan gambar di bawah ini:



    4. Moonsighting

    Situs yang didirikan oleh Syed Khalid Shaukat ini juga mempunyai prediksi tentang visibilitas hilal pada bulan-bulan hijriah. Senada dengan laman-laman sebelumnya, Shaukat juga menunjukkan pada 24 Juni 2017, hilal di kawasan Indonesia tidak dapat dilihat sama sekali. Perhatikan ilustrasi di bawah ini:



    5. SAAO (South African Astronomical Observatory)

    Pemilik teleskop terbesar di Cape Town, Afrika Selatan dan telah berdiri sejak tahun 1820 ini juga mempunyai kriteria juga dalam soal visibilitas hilal.



    Lagi-lagi, pada Sabtu, 24 Juni 2017 kawasan Indonesia, Australia dan Timur Tengah tidak berwarna yang tidak memungkinkan hilal untuk dapat dilihat dengan alat optik apatah lagi mata telanjang.

    Kesimpulan

    Berdasarkan berbagai data yang diperoleh dari sumber-sumber di atas menunjukkan bahwa hilal pada 29 Ramadhan 1438 / 24 Juni 2017 tidak dapat dilihat dengan alat, baik teleskop canggih maupun binocular, terlebih lagi dengan mata telanjang.

    Oleh karena itu, bulan Ramadhan tahun ini yang dimulai pada Sabtu, 27 Mei 2017 lalu kemungkinan besar genap menjadi 30 hari dan sangat mungkin 1 Syawal 1438 (Idul Fitri) jatuh pada Senin, 26 Juni 2017.

    Meski demikian, kita masih harus memberikan kemungkinan adanya laporan/kesaksian tentang hilal bulan Syawal 1438 H pada tanggal 24 Juni yang tidak sesuai dengan kesimpulan hasil pemaparan data dan analisa di atas.

    Kita akan menunggu laporan keterlihatan hilal dari berbagai wilayah pada 24-25 Juni di situs-situs di atas, terutama icoproject dan moonsighting. Siapa tahu dari Indonesia akan mengirimkan laporan hasil melihat hilal ke lembaga-lembaga internasional tersebut dan masuk ke dalam rekor dunia.Wallahu a’lam.

 

Posted in: opini

Related Posts

Data Hisab & Visibilitas Safar 1446H
05/08/2024 0

Kepada Koordinator tim rukyat hilal: Diminta menyiapkan timnya untuk melakukan rukyat hilal ...

Data Hisab Awal Muharam 1446 H
06/07/2024 0

Kepada Koordinator tim rukyat hilal: Diminta menyiapkan timnya untuk melakukan rukyat hilal ...

Data Hisab & Visibilitas Zulhijah 1445H
07/06/2024 0

  Visibilitas hilal di Indonesia (7 Juni 2024) Kriteria Odeh (limit Danjon < 7 ˚ ) : ...

Matahari diatas Ka’bah
27/05/2024 0

Matahari diatas Ka’bah Waktu yang tepat untuk mengukur ulang arah Kiblat Senin, 27 Mei ...

Data Hisab & Visibilitas Zulqaidah 1445 H
08/05/2024 0

UNTUK WILAYAH INDONESIA Ijtima’ Hari : Rabu Tanggal : 8 Mei 2024 Jam : 10:22:23 WIB Waktu ...