PREDIKSI AWAL RAMADHAN DAN SYAWWAL 1441 H

PREDIKSI AWAL RAMADHAN 1441 H

Kondisi hilal Sya’ban 1441 H

Ijtima’ awal Sya’ban yang lalu terjadi pada 24 Maret 2020jam 16:29 WIB. Artinya, bisa dipastikan bahwa pengamatan hilal untuk wilayah Indonesiadilaksanakan pada tanggal tersebut meskipun terjadi kondisi di mana ijtima’ terjadi sesaat setelah sunset untuk daerah bagian timur Indonesia terutama propinsi Papua dan Papua Barat (sesuai kalkulasi, ijtima’ terjadi43 menit setelah sunset di Jayapura dan 16 menit setelah sunset di Manokwari).Dan tentu, dengan visibilitas yang sangat rendah itu, awal Sya’ban bisa dipastikan jatuh pada 26 Maret 2020 yang lalu.

Kondisi hilal saat rukyat awal Ramadhan 1440 H

Dengan asumsi awal Sya’ban adalah tanggal 26 Maret 2020, maka hari ke-29 bulan Sya’ban bertepatan dengan 23 April 2020. Pada tanggal tersebut, ijtima’ terjadi pada jam 09:26 WIB, sehinggapada saat rukyat sore harinya akan terjadi kondisi “matched”, di mana posisi bulan berada di atas ufuk untuk semua lokasi di Indonesia.

Berikut ini adalah data hisab Matahari-Bulan pada pada tanggal 23 April 2019 untuk wilayah Indonesia:

  • Ijtima’: Jam 09:26 WIB
  • Pada saat gurub (sunset)
    • Arah matahari:282,7° s/d 282,8° (azimuth)
    • Arah bulan:279,9° s/d 280,9° (azimuth)
    • Tinggi bulan:3,0° s/d4,1° (altitude)
    • Jarak angular: bulan-matahari4,3° s/d5,1° (elongasi)
    • Usia hilal:6 jam 10 mnt s/d9 jam 19 menit
    • Iluminasi hilal:0,06% s/d0,13%
  • Pada saat bulan terbenam (moonset)
    • Arah bulan:279,9° s/d280,5° (azimuth)

Yang bisa kita simpulkan dari pembacaan data hisab di atas adalah:

  • Posisi hilal berada di atas cenderung ke kiri (selatan) dari posisi matahari terbenam.
  • Tinggi hilal maksimum4,1°(terjadi di lokasi pantau selatan-barat Indonesia, diwakili lokasi pantau Pelabuhan Ratu, Jawa Barat).
  • Elongasi maksimum 5,1° (terjadi di lokasi pantau utara-barat Indonesia, diwakili lokasi pantau Lhoknga, Aceh).
  • Orientasi pengamatan adalah barat-sedikit ke utara (lokasi pengamatan yang ideal adalah pantai/lereng yang menghadap ke barat-utara).

Visibilitas Hilal 23 April 2020

Berikut ini adalah beberapa peta visibilitas hilal untuk hari Kamis, tanggal 23 April 2020 yang mencerminkan pandangan para ahli:

Peta visibilitas hilal menurut kriteria Odeh

Peta visibilitas hilal menurut kriteria Shaukat

Peta visibilitas hilal menurut kriteria Yallop

Peta visibilitas hilal menurut kriteria SAAO (South African Astronomical Observatory)

Dari keempat peta visibilitas hilal di atas terlihat persamaan prediksi mengenai visibilitas hilal pada tanggal 23 April 2020 untuk wilayah Indonesia, yakni sebagai berikut:

  • Seluruh kriteria visibilitas hilal menyatakan bahwa seluruh wilayah Indonesia belum masuk dalam area visibilitas.
  • Dengan besaran data hisab seperti itu, peluang terjadinya kesaksian terlihatnya hilal di wilayah Indonesia pada saat rukyat pada 23 April nanti sangatlah kecil.

Data hilal Kamis, 23 April 2020 yang jauh di bawah level visibilitas tentunya mengarahkan pada prediksi bahwa hilal tidak akan terlihat di Indonesia pada hari itu sehingga awal Ramadhan 1441 jatuh pada Sabtu, 25 April 2020 karena terjadi penggenapan (istikmal) Sya’ban 30 hari.

Rukyat Hilal Di Indonesia dan Imkanur-Rukyat MABIMS

Pada sisi lain, diketahui bahwa Kementerian Agama Indonesia menerapkan imkanur-rukyat MABIMS (arbitrasi patokan minimal kemungkinan terlihatnya hilal yang mencakup Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura) yaitu 2-3-8 (tinggi 2°, jarak sudut matahari-bulan 3°, usia hilal 8 jam). Masalahnya adalah penetapan imkanur-rukyat ini sangat jauh di bawah level visibilitas para ahli sehingga menjadikan rukyat hilal di Indonesia pada tanggal 23 April masih rawan dengan kesaksian yang janggal.

Jadi semuanya masih harus diuji dengan integritas pengamat melalui pengamatan di lapangan!Wallahu a’lam bish-shawab.

PREDIKSI AWAL SYAWWAL 1441 H

Pengamatan Hilal Awal Syawwal 1441

Dalam bulan qamariyah, jumlah hari dalam satu bulan tidak bisa lebih dari 30 hari sesuai dengan kaidah ilmiah pergerakan Bumi, Matahari dan Bulan. Itulah kenapa pengamatan hilal selalu dilakukan pada hari ke-29 setiap bulan dan waktu pengamatan hilal selalu terkait dengan itsbat awal bulan sebelumnya.

Penentuan waktu pengamatan hilal awal Syawwal 1441 H tidak bisa lepas dari itsbat awal Ramadhan 1441 H dan secara tidak langsung berkaitan dengan waktu terjadinya ijtima’ akhir Ramadhan yaitu hari Sabtu, 23 Mei 2020 jam 00:39 WIB. Berkenaan dengan waktu pengamatan hilal awal Syawwal 1441 H untuk wilayah Indonesia, paling tidak kita punya 2 asumsi berikut konsekuensinya:

Asumsi 1: Jika awal Ramadhan jatuh pada Jum’at, 24 April 2020.

Konsekuensinya: pengamatan hilal awal Syawwal 1441 H akan dilaksanakan pada Jum’at, 22 Mei 2020 dalam kondisi:

  • Hilal mustahil dirukyat di seluruh wilayah Indonesia karena Ijtima’ baru terjadi pada hari Sabtu, 23 Mei 2020 jam 00:39 WIB.

Asumsi 2: Jika awal Ramadhan jatuh pada Sabtu, 25 April 2020.

Konsekuensinya: Pengamatan hilal awal Syawwal 1441 H akan dilaksanakan pada Sabtu, 23 Mei 2020 dalam kondisi sebagai berikut:

  • Ijtima’ akhir Ramadhan 1441 H terjadi pada hari Sabtu, 3 Mei 2020 jam 00:39 WIB.
  • Usia hilal sudah lebih dari 14 jam dengan ketinggian hilal 6°untuk lokasi pantau Jayapura, Papua(dan seluruh Indonesia masuk dalam kategori hilal di atas ufuk).

Dari kedua asumsi di atas, asumsi kedualah yang menunjukkan kesesuaian antara hasil itsbatawal bulan sebelumnya dengan kalkulasi astronomis yang mendukungnya.

Berikut ini adalah data hisab Matahari-Bulan pada pada tanggal 23 Mei 2020 untuk wilayah Indonesia:

  • Ijtima’: Jam 00:39 WIB
  • Pada saat gurub (sunset)
    • Arah matahari: 290,7° s/d 290,9° (azimuth)
    • Arah bulan: 290,1° s/d 292,1° (azimuth)
    • Tinggi bulan: 6,1° s/d 7,6° (altitude)
    • Jarak angular: bulan-matahari 6,4° s/d 7,9° (elongasi)
    • Usia hilal: 14 jam 54 mnt s/d 18 jam 8 menit
    • Iluminasi hilal: 0,39% s/d 0,57%
  • Pada saat bulan terbenam (moonset)
    • Arah bulan: 290,3° s/d 290,7° (azimuth)

Yang bisa kita simpulkan dari pembacaan data hisab di atas adalah:

  • Posisi hilal berkisar disebelah atas hinggasedikit ke kiri (selatan) dari posisi matahari terbenam.
  • Tinggi hilal maksimum 7,6°dan elongasi maksimum 7,9° (terjadi di lokasi pantau utara-barat Indonesia, diwakili lokasi pantau Lhoknga, Aceh).
  • Orientasi pengamatan adalah barat-utara (lokasi pengamatan yang ideal adalah pantai/lereng yang menghadap ke barat-utara).

Visibilitas hilal 23 Mei 2020

Kriteria Odeh, 23 Mei 2020

Kriteria Shaukat, 23 Mei 2020

Kriteria Yallop, 23 Mei 2020

Kriteria SAAO (South African Astronomical Observatory), 23 Mei 2020

Keterangan untuk keempat peta visibilitas hilal Sabtu, 23 Mei 2020 di atas adalah sebagai berikut:

  • Kriteria Odeh dan Shaukat menyatakan bahwa seluruh wilayah Indonesia masuk dalam area visibilitas optik.
  • Kriteria Yallop dan SAAO menyatakan bahwa hilal tidak terlihat di wilayah Indonesia timur dan tengah, namun bisa terlihat dengan optik di wilayah Indonesia barat.
  • Selisih yang terjadi di antara kriteria-kriteria visibilitas itu adalah karena perbedaan pemberlakuan Limit Danjon (batas minimal elongasi Matahari-Bulan yang menyebabkan ketebalan hilal terdeteksi oleh optik). Sampai kini masih dilakukan analisa empiris tentang Limit Danjon yang berkisar antara 7° hingga 6,5°.

Dari keterangan di atas bisa disimpulkan bahwa pada Sabtu, 23 Mei 2020 hilal tidak akan terlihat oleh mata telanjang, namun mungkin terlihat dengan optik terutama untuk wilayah Indonesia barat. Berdasarkan itu, dimungkinkan akan terjadi perbedaan perayaanIdul Fitri 1441 H antara 24 atau 25 Mei 2020 yang disebabkan dua faktor:

  1. Faktor syar’i, perihal keabsahan penggunaan alat optik dalam rukyat hilal.

Karena pada tanggal 23 Mei 2020 hilal mungkin terlihat dengan optik, maka Idul Fitri akan jatuh pada 24 Mei, kecuali mereka yang menolak keabsahan optik dalam rukyat hilal, akan istikmal puasa 30 hari dan merayakan Idul Fitri pada 25 Mei.

  1. Faktor tingkat visibilitas hilal, perihal gradiasi ketertampakan hilal secara optik di kawasan Indonesia.

Karena secara muhaqaqah hilal akan terlihat dengan optik di bagian barat Indonesia pada tanggal 23 Mei 2020, awal Syawwal 1441 H akan jatuh pada tanggal 24 Mei untuk wilayah ini dan wilayah lain menunda sampai tanggal 25 Mei 2020.

Prediksi ini disajikan sebagai sumbangsih informasi ilmiah dan bukan sebagai konklusi syar’i. Masing-masing mukalaf bertanggung jawab terhadap keputusan syar’inya dalam beribadah dan menentukan otoritas agama rujukannya.

Allahumma baariklanaa fii Sya’bana wa ballighnaa Ramaddhanaa waghfirlanaa dzunuubanaa.

Artikel ini ditulis oleh Firdaus Nuriono, Falak ABI

Posted in: berita

Related Posts

Data Hisab & Visibilitas Safar 1446H
05/08/2024 0

Kepada Koordinator tim rukyat hilal: Diminta menyiapkan timnya untuk melakukan rukyat hilal ...

Data Hisab Awal Muharam 1446 H
06/07/2024 0

Kepada Koordinator tim rukyat hilal: Diminta menyiapkan timnya untuk melakukan rukyat hilal ...

Data Hisab & Visibilitas Zulhijah 1445H
07/06/2024 0

  Visibilitas hilal di Indonesia (7 Juni 2024) Kriteria Odeh (limit Danjon < 7 ˚ ) : ...

Matahari diatas Ka’bah
27/05/2024 0

Matahari diatas Ka’bah Waktu yang tepat untuk mengukur ulang arah Kiblat Senin, 27 Mei ...

Data Hisab & Visibilitas Zulqaidah 1445 H
08/05/2024 0

UNTUK WILAYAH INDONESIA Ijtima’ Hari : Rabu Tanggal : 8 Mei 2024 Jam : 10:22:23 WIB Waktu ...