GERHANA SUPER BLUE MOON 31 JANUARI 2018

Di penghujung Januari 2018 pemerhati falak akan disuguhi sebuah fenomena langka pada saat bulan memasuki fase purnamanya. Sesuai perhitungan astronomis memang bulan akan memasuki fase purnamanya pada hari Rabu, 31 Januari pada jam 20:28 WIB. Menariknya, beberapa fenomena astronomis lainnya terjadi mengiringi event purnama ini, yaitu gerhana bulan total dan supermoon.

Bagaimana memahami terjadinya gerhana bulan?

Fase-fase bulan

Berdasarkan penampakannya selama mengorbit bumi, bulan melalui fase-fasenya. Empat fase bulan yang utama adalah fase new moon, fase quarter pertama, fase full moon (purnama) dan fase quarter akhir, dan selebihnya adalah fase-fase waxing dan waning. Fase-fase ini ditandai oleh para astronom berdasarkan posisi bulan dalam “formasi bersama” Matahari-Bumi-Bulan. Karena bulan mengelilingi bumi, dan bumi mengelilingi matahari, sementara matahari merupakan satu-satunya  sumber cahaya dalam formasi tersebut, maka penampakan bulan dari bumi akan selalu berubah-ubah sesuai formasi ketiganya.

Purnama versus gerhana

Bulan tampak bulat penuh pada fase purnama karena seluruh bagian bulan yang terkena sinar matahari menghadap ke arah bumi. Pada saat itu matahari, bumi dan bulan dalam formasi sebaris. Namun pada saat fase ini terjadi, adakalanya bulan dalam posisi melintasi bayang-bayang bumi sehingga terjadilah gerhana bulan. Jadi, gerhana bulan itu pasti terjadi pada saat fase purnama.

Bulan selalu mengulang tiap fasenya sekali dalam satu periode orbit synodic (29,5 hari). Artinya, fase purnama akan terjadi sekali dalam setiap bulan atau bisa dua. Jika gerhana bulan itu terjadinya pada fase purnama, mengapa tidak setiap bulan terjadi gerhana?

Terjadinya peristiwa gerhana bulan bulan tergantung pada posisi line up dalam formasi sebaris matahari-bumi-bulan. Bulan mengelilingi bumi dalam bidang edar yang miring terhadap bidang ekliptik (bidang edar bumi mengelilingi matahari), sehingga bulan menyeberang bidang ekliptik dua kali dalam satu periode orbitnya. Pada saat bulan melintas di bidang ekliptik inilah berkemungkinan terjadi gerhana; jika terjadinya pada fase new moon akan terjadi gerhana matahari dan jika terjadi pada fase purnama akan terjadi gerhana bulan.

Pada peristiwa gerhana bulan, bayang-bayang yang dihasilkan bumi sebagai akibat dari pencahayaan dari matahari dikelompokkan dalam dua tingkat keredupan; mulai bayang-bayang tepi (penumbra) dan bayang-bayang inti yang gelap (umbra). Gerhana bulan, apakah akan bersifat parsial (sebagian) ataupun total, tergantung dari lintasan bulan saat menyeberangi bayang-bayang bumi ini. Parsialitas terjadi jika hanya sebagian dari bulatan bulan terkena  bayang-bayang umbral bumi. Adapun totalitas terjadi saat bulatan bulan sepenuhnya memasuki bayang-bayang umbral bumi.

Ilustrasi di atas menggambarkan fase purnama ketika bulan berada pada puncak orbitnya. Gambar TAMPAK ATAS menunjukkan matahari, bumi dan bulan dalam formasi sebaris. Akan tetapi, karena bulan berada di puncak orbitnya (yang miring 5,2° terhadap bidang ekliptika) sebagaimana ditunjukkan oleh gambar TAMPAK SAMPING, maka tidak terjadi gerhana bulan.

 

Fase purnama yang diilustrasikan pada gambar di atas menunjukkan bahwa bulan tidak berada pada puncak orbitnya. Bulan juga masih jauh dari bayang-bayang bumi. Maka, tidak terjadi gerhana bulan.

 

Fase purnama yang diilustrasikan pada gambar di atas menunjukkan bahwa bulan masuk ke dalam bayang-bayang Penumbra (bayang-bayang tepi). Maka, terjadi gerhana bulan Penumbra.

 

Fase purnama yang diilustrasikan pada gambar di atas menunjukkan bahwa bola bulan masuk sebagian ke dalam bayang-bayang Umbra (bayang-bayang inti). Maka, terjadi gerhana bulan Parsial (sebagian).

 

Ilustrasi di atas menggambarkan fase purnama ketika bulan tepat berada pada salah satu orbital node-nya (titik perpotongan antara lintasan bulan dengan bidang ekliptik). Secara otomatis, matahari, bumi dan bulan berada dalam formasi sebaris dilihat dari sisi mana pun sebagaimana ditunjukkan pada gambar TAMPAK ATAS dan TAMPAK SAMPING. Dengan formasi line up seperti ini, maka terjadi gerhana bulan total sempurna, di mana bulan berada tepat di pusat bayang-bayang Umbra.

 

Event gerhana bulan total pada 31 Januari 2018 nanti mirip dengan yang diilustrasikan gambar terakhir di atas, di mana event itu terjadi pada saat bulan berada dekat dengan ascending node sehingga nyaris menyentuh pusat bayang-bayang umbra. Pada saat puncak gerhana pada jam 20:30 WIB, bulan berada pada jarak hanya di 0,3° (lebih kecil dari diameter bulan itu sendiri) dari pusat umbra. Bulan mencapai ascending node pada 01:45 WIB (1 Februari 2018).

Dari mana gerhana bulan bisa terlihat?

Karena pada peristiwa gerhana bulan posisi matahari dan bulan saling berlawanan satu sama lain (oposisi), dan karena bumi itu bulat, Maka hanya mereka yang berada di belahan malam saja yang bisa melihat peristiwa itu.

Peta dunia via US Naval Observatory memperlihatkan pembagian malam dan siang pada saat puncak gerhana 31 Januari 2018 jam 20:30 WIB. Puncak gerhana terjadi pada waktu yang sama untuk seluruh dunia; hanya dari belahan malam gerhana bisa terlihat. Batas gelap-terang di sebelah kiri adalah garis sunrise (moonset), sementara yang di sebelah kanan adalah garis sunset (moonrise). Karena totalitas gerhana berlangsung selama lebih dari 1 jam, area di sekitar sebelah timur (kanan) garis sunrise masih akan bisa menyaksikan fase parsial atau total rendah di ufuk barat sebelum sunrise (dan sebelum puncak gerhana). Sedangkan area di sekitar sebelah barat (kiri) garis sunset masih bisa menyaksikan fase total atau parsial rendah di ufuk timur setelah sunset (dan setelah puncak gerhana).

Supermoon

Bulan mengelilingi bumi dalam lintasannya yang elips sementara bumi berada pada salah satu titik fokusnya. Dengan demikan jarak bulan-bumi tidak selalu tetap sebagaimana yang berlaku jika orbit bulan itu lingkaran sempurna. Dalam satu periode orbitnya, bulan dua kali berada pada jarak ekstrim dengan bumi; jarak terdekat (Perigee) dan jarak terjauh (Apogee). Variasi jarak ini yang membuat bulan tampil dalam ukuran berbeda-beda, terutama terlihat dalam fase-fase purnamanya.

Istilah super moon digunakan untuk menandai fase purnama yang terjadi bersamaan atau sangat berdekatan waktunya dengan event perigee. Pada fenomena supermoon, bulan purnama akan tampak lebih besar dan lebih terang dibandng penampakan rata-ratanya. Kebalikan dari supermoon adalah event purnama-apogee yang disebut dengan micro moon.

 

Peristiwa lunar yang terjadi pada 31 Januari 2018 nanti merupakan kombinasi dari event Gerhana bulan total dan supermoon.

Beberapa fenomena yang juga dikaitkan dengan Gerhana Bulan Total 31 Januari 2018

Blue Moon

Jangan berharap akan melihat warna biru pada bulan! Blue Moon hanyalah istilah yang digunakan untuk  menamai bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan kalender Solar. Gerhana bulan total 31 Januari merupakan purnama kedua di bulan Januari 2018 setelah purnama pertama 2 Januari yang lalu.

Kombinasi gerhana bulan total dengan supermoon memang bukan fenomena yang terbilang langka. Terakhir kali kombinasi yang sama terjadi pada tahun 2015 pada tanggal 28 September. Namun, dengan adanya fenomena blue moon, event gerhana bulan 31 Januari menjadi langka dan spesial karena event dengan kombinasi serupa itu terakhir terjadi 55 tahun yang lalu (30 Desember 1963) untuk zona waktu yang sama.

Blood Moon

Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan perubahan warna bulan menjadi kemerahan pada hampir setiap event gerhana bulan yang bersifat total. Gerhana bulan total 31 Januari juga diprediksikan akan berwarna merah!

Visibilitas Gerhana Bulan

Dalam kaitannya dengan ketertampakan peristiwa gerhana bulan, belahan bumi dibagi menjadi beberapa bagian:

  1. Bagian yang bisa melihat seluruh proses gerhana secara utuh.
  2. Bagian yang melihat bulan terbit sudah dalam keadaan gerhana (setelah sunset).
  3. Bagian yang melihat bulan terbenam masih dalam keadaan gerhana (sebelum sunrise).
  4. Bagian yang sama sekali tdak bisa melihat gerhana karena berada di belahan siang.

Ketertampakan gerhana bulan 31 Januari 2018 dari permukaan bumi digambarkan pada peta visibilitas gerhana bulan berikut ini:

P1:         Fase kontak awal penumbra (awal gerhana)

U1:         Fase kontak awal umbra (awal parsial)

U2:         Fase awal total

U3:         Fase akhir total

U4:         Fase kontak akhir umbra (akhir parsial)

P4:         Fase kontak akhir penumbra (akhir gerhana)

 

Bagaimanakah ketertampakan gerhana bulan total pada 31 Januari 2018 di Indonesia?

Dari peta visibilitas di atas bisa kita lihat bahwa wilayah indonesia terbagi dalam dua area visibilitas. Hampir secara keseluruhan wilayah Indonesia bisa menyaksikan proses terjadinya gerhana mulai awal hingga akhir gerhana, menyisakan Sumatera dan bagian barat dari pulau Jawa yang tidak kebagian fase awal gerhana. Kedua wilayah ini masuk dalam area P1 – U1 yang berarti untuk wilayah tersebut kontak awal gerhana sudah terjadi saat bulan terbit atau bahkan saat bulan masih di bawah ufuk. Namun demikaian, fase total dari gerhana masih bisa disaksikan dari seluruh wilayah Indonesia.

Gerhana Bulan Total 31 Januari 2018 dalam Diagram

Kewajiban syar’i saat terjadi Gerhana Bulan dapat di baca pada link berikut

Posted in: berita

Related Posts

Data Hisab & Visibilitas Safar 1446H
05/08/2024 0

Kepada Koordinator tim rukyat hilal: Diminta menyiapkan timnya untuk melakukan rukyat hilal ...

Data Hisab Awal Muharam 1446 H
06/07/2024 0

Kepada Koordinator tim rukyat hilal: Diminta menyiapkan timnya untuk melakukan rukyat hilal ...

Data Hisab & Visibilitas Zulhijah 1445H
07/06/2024 0

  Visibilitas hilal di Indonesia (7 Juni 2024) Kriteria Odeh (limit Danjon < 7 ˚ ) : ...

Matahari diatas Ka’bah
27/05/2024 0

Matahari diatas Ka’bah Waktu yang tepat untuk mengukur ulang arah Kiblat Senin, 27 Mei ...

Data Hisab & Visibilitas Zulqaidah 1445 H
08/05/2024 0

UNTUK WILAYAH INDONESIA Ijtima’ Hari : Rabu Tanggal : 8 Mei 2024 Jam : 10:22:23 WIB Waktu ...